Selasa, 25 September 2012

Kemarin, Hari Ini, dan Esok

Aku menangis lagi, dan lagi-lagi itu karna kamu. Namun kali ini bukan karna kamu yang aku rindukan, bukan pula karna kamu yang selalu memberikan kenangan indah, dan bukan karna masa lalu kita. Aku bingung kenapa harus kutangisi hal ini. Aku bingung dengan keadaanku sekarang.
Sekarang kau bersama dia, sahabatku sendiri, lalu kenapa ?. Apa itu suatu kesalahan ?. Apa itu harus selalu menjadi satu alasan disetiap aku menangis karnamu ?. Dan apakah aku tak dapat melupakanmu ?. Mungkinkah kau dapat melupakanku ?. Apakah kau dapat melupakan kenangan kita ?. Jika bisa, bagaimana caramu untuk melakukannya ?. Maukah kau memberitaunya padaku ?.
Bodohnya aku. Memangnya siapa aku sekarang ini ?. Aku sudah bukan siapa-siapa lagi, benarkan ?. Aku tak punya hak untuk menangisi hubunganmu. Akupun tak punya hak untuk melarang hubungan kalian. Tapi, apakah aku akan terus seperti ini ?, menangisi hubungan yang sebenarnya tak layak untuk kutangisi !. Maaf jika aku egois, maaf jika kita tak dapat melupakan kenangan indah kita.
Untuk sahabatku. Semoga kau tak bernasib sama sepertiku, semoga kau bisa lebih beruntung dariku. Semoga kau dapat memberikan apa yang tak dapat kuberikan padanya, dan semoga kalian dapat bahagia walau diatas tangisku. Dan aku akan tetap disini, melihatmu membahagiakanya. Namun ingatlah kesenanganmu saat ini tak menjamin kebahagiaanmu dimasa depan.
Dan untuk kamu. Sang pemberi kenangan indah. Bahagiakanlah orang yang telah menyayangimu, jangan pernah kau mengecewakan dia. Dia telah menyayangimu dengan tulus. Ketahuilah, dia tak setegar aku dan dia tak sedewasa aku.
Ya, dia tak sedewasa aku. Setidaknya itulah yang terlihat dari dirinya, maaf jika aku salah menilai dia. Entahlah, mungkin aku salah menilai dia atau mungkin kau yang salah memilih dia. Yang kutakutkan apakah setelah ini kita akan semakin menjauh ?. Apakah kita tak bisa menepati janji kita saat kita saling mengakhiri hubungan ?, bahwa kita akan menjadi teman !
Kini kau tak perlu memikirkanku, dialah yang lebih pantas untuk kau pikirkan. Aku sudah biasa dengan rasa sakit ini. Aku sudah hafal dengan perasaan ini. Mungkin sebaiknya kita memang seperti ini. Kita saling bergandengan tangan, kamu menggandeng tangannya, dan aku menggandeng tangan orang yang mampu menggantikanmu dihatiku.            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.