Sebuah negeri antah berantah dengan segudang kekayaan yang dimiliki dan rakyatnya hidup dengan damai dalam perbedaan dan keberagaman yang menyatukan seluruh lapisan, negeri dimana mimpi dan harapan menjadi tujuan utama setiap orang didalamnya, negeri dimana kau akan selalu diterima seberat apapun kesalahanmu, atau sejauh apapun kau pergi. Sebuah tempat yang dapat dikatakan rumah oleh siapapun yang pernah singgah disana.
Disana hidup seorang putri yang bahkan tak sekalipun keluar dari istananya, bahkan tak banyak rakyatnya yang tahu bagaimana rupa sang putri, secantik apa ia, atau seanggun apa dia. Dia selalu berada didalam tempat ternyamannya, seolah enggan berbaur dengan rakyatnya. Entah memang tak ingin atau memang ia tak tahu cara memulainya.
Dia bukan tak ingin berbaur, terkadang ia memandangi rakyatnya, ia juga ingin tahu bagaimana kehidupan diluar istana. Namun ada perasaan takut bila ia tak diterima disana, ada perasaan malu yang membuatnya bingung harus bertingkah apa.
Dipinggiran negeri tersebut terdapat seorang pria yang tinggal sendirian disana, tak banyak yang mengenal dekat dia, bagi orang-orang disana ia hanya pria dengan tatapan mata tajam yang seolah tak ingin didekati. Memang tak semuanya, ada juga yang mengenal baik dia, dan beberapa dari mereka tahu bahwa dia tak seberbahaya yang dikatakan orang.
Yang tidak disangka sang pria misterius itu mengenal sang putri, mereka sering berbincang berbatas pagar besi istana. Mereka berbincang tentang bagaimana hari mereka, atau apa yang mereka sukai. Sang putri sangat menyukai cerita pria itu terlebih jika membicarakan kehidupan diluar istana, bagaimana kehidupan rakyatnya, seperti apa mereka, hingga apa saja yang mereka perbuat. Sang putri mendengarkan dengan seksama bahkan tak jarang tawanya mulai terdengar.
Setelah banyak mendengarkan kisah orang-orang disana, sang putri semakin ingin berkeliling, sama seperti yang di inginkan pria itu. Ia ingin agar sang putri mengetahui seperti apa keadaan diluar sana, berjumpa dengan orang-orang disana, merasakan kehangatan mereka, dan bertemu dengan orang-orang yang biasa ia ceritakan.
Hari itu pun tiba, hari dimana sang putri berjalan keluar istana dengan kerudung yang menutupi setengah wajahnya dan tanpa barang-barang mewah yang biasa ia kenakan. Mereka berjalan-jalan mengelilingi setiap sudut negeri, sang pria sibuk menjelaskan dan mengenalkan orang-orang disana pada sang putri, sementara sang putri mendengarkan sambil tertunduk malu karna ini kali pertama baginya.
Hampir setiap hari sang pria mengajak sang putri berkeliling hingga sang putri tak lagi merasa asing dan malu dengan orang-orang disana. Sapanya kepada tiap orang mulai terdengar, ia tak lagi menunduk malu ketika berjalan, hingga tak jarang bercanda dengan mereka.
Sang pria senang dengan perubahan sang putri, namun ia mulai sadar bahwa mungkin ia tak dibutuhkan lagi.
Setiap hari ketika sang putri akan berkeliling sang pria selalu menunggu didepan istana untuk menemani sang putri, namun sang putri yang telah terbiasa dengan dunia luar mulai jengah dengan kehadiran pria itu, sang putri mulai merasa terganggu.
Suatu ketika mereka sampai dipinggiran negeri, tak banyak orang lalu-lalang disana, dengan pisau yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik kerudungnya ia menancapkan pisau itu tepat dijantung pria itu hingga sang pria jatuh tersungkur. Tanpa memandang belas kasih, tanpa memikirkan setiap hal yang pernah terjadi, dan tanpa memikirkan seberapa penting hal yang dilakukan pria itu untuknya. Sang putri dengan segera meninggalkan tempat itu, meninggalkan sang pria yang tergeletak ditanah. Sekarang tak ada lagi pengganggu, pikirnya.
Setelah cukup lama terbaring disana, sang pria mulai berdiri sembari mencabut pisau di dadanya. Sang putri gagal membunuhnya, ternyata selama ini ia tak memiliki jantung. Bersama dengan jiwa-jiwa lain yang ada dalam dirinya ia mulai melangkah kembali ketempatnya dan tak pernah terlihat lagi, ia menyadari satu hal, bahwa setelah mengenal sang putri cukup dalam, nyatanya sang putri tak mengenalnya sama sekali.
Dengan membawa seluruh perasaan yang tersimpan, ia mulai mungumpulkan seluruh energi negatif yang ada, dendam atas apa yang dilakukan sang putri terhadapnya, penyesalan karna membawa sang putri kedunia luar, hingga kecewa untuk semua hal yang pernah dilalui bersama. Sang putri telah berkhianat, jika tak membawanya keluar mungkin kami akan baik-baik saja, ucapnya dengan penuh amarah, ia menanggung semuanya, dan mulai menunjukan sisi lainnya yang bahkan tak pernah dilihat siapapun. Sang pangeran dari neraka.
Dengan membawa seluruh perasaan yang tersimpan: perasaan cinta, perasaan sayang, perasaan sedih, perasaan kehilangan, hingga perasaan di khianati. Ia bukan terdiam disana, ia hanya menunggu. Menunggu saat tepat untuk membalaskan semuanya. Ia tak peduli sebanyak apa yang ia korbankan atau selama apa waktu yang dibutuhkan demi tujuannya, tujuan yang bahkan hingga kini sang putri tak mengetahuinya.
Run princess, RUN!