Namun walau waktu telah berusaha semampunya, nyatanya semesta seolah tak menginginkan kita bersama. Entah apa yang membuatnya begitu rapuh. Apa itu hanya sekedar ego? Atau itu yang dinamakan takdir? Hingga kini bahkan aku tak tahu jawabannya apa, walau rasanya tak bijak jika membiarkannya begini. Masih teramat banyak perasaan yang masih tersimpan, masih teramat banyak mimpi-mimpi yang ingin di gapai, namun kini semua menghilang ditelan badai.
Pada akhirnya ia memilih pergi, tak apa mungkin ia cari yang sempurna. Maaf jika aku tak sesempurna mereka, maaf jika aku dengan seluruh kekuranganku nyatanya jauh dari apa yang kau harapakan. Setidaknya aku berusaha semampuku, walau kamu tak harus tahu.
Aku yang selalu percaya kau dapat menyembuhkan trauma nyatanya hanya menambah luka. Kebahagiaan dan kegembiraan itu ternyata hanya sesaat, kini tak ada lagi tinggkah menggemaskanmu dihariku, kini tak terdengar lagi tawa renyahmu yang biasa ada disampingku. Tak perlu memikirkan siapa yang salah atau siapa yang lebih bersalah karna seharusnya cinta dapat berdiri diatas segalanya.
Entah kalimat-kalimat ini mampu untuk mengungkap segala rasa yang ada dan yang tersimpan cukup dalam, atau hanya menjadi semu belaka. Tak apa tak perlu takut sendirian cukup banyak yang mendekatimu bahkan sejak dulu, tak perlu memikirkanku. Aku ingin kau tahu bahwa aku menyayangimu, kini tinggal aku yang kembali dalam kegelapan sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.