Para penduduk yang merasa senang dengan perubahan sang putri yang tak seperti dulu mulai merubah pandangan mereka tentang sang putri, ia tak lagi sang putri yang tak mau bergaul dengan rakyatnya, ia bukan lagi sang putri yang tertunduk malu ketika bertemu mereka, bukan lagi sang putri yang hanya menyimpan ceritanya didalam istana.
Sang putri sedang sibuk diruangannya, pada hari ini ia akan mengunjungi negeri seberang guna menemui sang pangeran disana, ia tampak antusias dengan pertemuan ini. Pangeran di negeri seberang itu memang terkenal tampan, belum lagi harta kekayaan yang jauh melampaui negeri lain, sangat wajar karna disana negeri yang cukup makmur. Sang putri mulai memilah-milih gaun yang akan ia kenakan dan dengan riasan secantik mungkin, setelah selesai dengan gaun dan riasan ia mulai memilih perhiasan yang akan ia kenakan, ia harus tampak luar biasa malam ini.
Berita tentang sang putri yang akan menemui sang pangeran di negeri seberang menyebar dengan cepat di masyarakat, meraka ikut bahagia dengan berita tersebut dikarnakan hubungan yang cukup baik dengan sang putri.
Namun disisi lain mereka semua tak tahu tentang bahaya besar yang akan datang.
Ia masih disana berdiam ditempat tersembunyi miliknya, matanya masih terpejam dengan aura intimidasi yang memenuhi setiap sudut ruangan. Yang ada didalam pikirnya hanya strategi untuk menghancurkan sang putri, ia memikirkan setiap langkah yang harus ia ambil dan setiap langkah yang akan sang putri ambil hingga setiap detail terkecilnya.
Matanya memang masih terpejam tapi ia mengetahui segalanya: setiap langkah yang mendekat atau menjauh, bahkan suara pintu yang terbuka dan menutup, hingga segala kebaikan dan dosa-dosa yang disembunyikan dari semua mata. Tujuannya cukup sederhana, menghancurkan sang putri dan membunuh pangeran palsu.
Dalam sunyi terdengar lantunan supah-serapah yang dirapalkan untuk sang putri.
"Wahai sang putri berlari dan bermainlah ditempat yang kau anggap taman surgawi milikmu, biarkan kaki-kaki kecilmu menari sepuasnya hingga terjatuh ditempat yang laksana padang bunga, hingga kau tersadar bahwa taman surgawi dan seisinya adalah pemberianku. Ketika kau berpikir mampu memeliharanya, aku mampu menghancurkannya sekejap mata."