Hari ini masih seperti hari kemarin, masih dengan luka yang kau goreskan, luka yang tertancap telalu dalam yang tak pernah kubayangkan selama ini. Entah apa yang membuatku tak mampu untuk sedikit saja menyembuhkannya. Aku benar-benar telah lupa bagaimana cara untuk membuat ini menjadi lebih baik.
Sebenarnya aku tak pernah membayangkan akan hal ini; kamu yang selalu menjadi topik utama dalam setiap perbincanganku dengan teman-temanku, yang selalu menjadi peran utama dalam setiap mimpiku, yang selalu membuat nafasku cekat tiap kali bertemu pandang mampu menghianati janji kita, menghianati setiap komitmen yang telah kita buat bersama.
Seluruh waktu terasa sia-sia saat semua ini berakhir, semua mimpi terasa sirna saat kau bilang ini telah berakhir. Aku masih setengah sadar saat kau mengatakan bahwa kita harus berakhir. Aku tak mampu menahanmu, bukan karna aku telah hilang rasa terhadapmu, namun aku tahu bahwa hatimu tak lagi milikku.
Ini bukanlah tulisan pertamaku tentangmu, aku-pun tak tahu pasti berapa banyak yang telah kutulis untukmu. Namun entah bagaimana aku masih sulit untuk tak menjadikanmu peran utama dalam setiap tulisanku. Aku tahu kita tak mungkin bersama (lagi). Namun bagiku, kamu meninggalkan pertanyaan yang tak kau jawab. Kamu bilang aku terlalu sibuk dengan urusanku, kamu bilang aku sudah tak peduli padamu. Apakah kau tak dapat memercayainya, bahwa hatiku hanya untukmu? Bahwa hatiku selalu ada didekatmu? Bahwa semua yang kulakukan selama ini hanya untuk membuatmu bangga? membuatmu dengan bangga mengatakan "Iya, dia kekasihku" membayangkan kau mengatakannya pun aku terasa senang.
Aku benar-benar tak menyangka bahwa kamu akan salah mengira semua ini, semua hal yang kulakukan hanya untukmu, untuk membanggakanmu. Entah apa yang membuatmu berpikir seperti itu, berpikir bahwa aku tak lagi milikmu, bahwa aku tak peduli padamu. Aku hanya ingin kau mengerti bahwa yang kulakukan selama ini adalah untukmu, agar aku dapat menjadi laki-laki yang pantas kau banggakan.
Namun kini aku tak perlu lagi memikirkannya, memikirkan semua tentangmu, tentang kita dan semua kenangannya. Setelah hari itu aku mengerti bahwa kita tak mungkin bersama, bahwa kita memang tak pantas bersama. Setelah hari itu aku mengerti bahwa tak segala sesuatu dapat dipaksakan.
Perih? Iya. Sakit? Sangat. Namun inilah yang harus kuhadapi, kenyataan bahwa kamu tak lagi milikku, kenyataan bahwa esok dan seterusnya tak akan ada lagi kamu didalam hari-hariku, tak akan ada lagi senyum-mu yang selalu menjadi semangatku. Aku harus bisa, dan aku harus mampu. Walau harus menahan perih, walau harus jatuh ribuan kali, aku akan bangkit lagi. Meski butuh ratusan hari, meski butuh puluhan bulan, aku akan berusaha untuk tak lagi menjadikanmu peran utama dalam hariku.
Sekian tulisanku kali ini tentangmu, ini bukanlah yang terakhir karna melupakanmu amat sulit bagiku. Jangan pernah memintaku untuk melupakan mu, karna kau pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.