Rabu, 27 Agustus 2014

Yang Terakhir

Tuhan, coba jelaskan. Kenapa perasaan ini harus sedalam ini ?. Dan kenapa perasaan ini harus sesakit ini ?. Tuhan, hanya kau yang mengetahui mana yang terbaik bagiku, mana yang pantas dan mana yang tak pantas untukku. Jika kau memang tak mengijinkanku untuk bersamanya, mengapa menjauh darinya harus sesakit ini ?. dan mengapa melupakannya harus sesulit ini ?.

Tuhan, hanya kau yang mengetahui bahwa namanya selalu terselip dalam doa-ku, dan hanya namanya yang selalu ada dalam setiap pembicaraanku denganmu. Jika memang dia tak baik percepatlah perasaan ini untuk musnah agar tak lagi menggangguku.

HEY! Apa kau pernah coba mengerti seberapa sakitnya aku disini ?. Jawabannya pasti tidak. Kau tak pernah peduli sedikitpun tentang perasaanku, tentang bagaimana aku yang selalu berusaha selalu ada untukmu, tentang aku yang berusaha membahagiakanmu.

Mungkin kini sudah terlambat, kau telah memutuskan tuk membenciku, dan aku mengerti itu mungkin takkan berubah. Bencilah aku jika memang itu yang kau inginkan, aku akan menanggung semua rasa bencimu, tentang semua hal yang kau anggap kesalahanku, walau sebenarnya aku tak melakukan kesalahan itu.

Kini hanya beberapa hal yang kuminta darimu; Pertama, jangan pernah kau memintaku untuk melupakanmu, karna semua orang yang tlah ada dalam tulisanku takkan pernah kulupakan. Kedua, kau tak perlu berusaha untuk membenciku, biarkan aku yang berusaha untuk menjadi orang yang kau benci, mungkin aku tak sejahat yang kau pikirkan, namun aku pasti mampu melakukannya. Biarkan aku yang menanggung semuanya, biarkan hanya aku yang tahu alasannya. Ketiga, namamu akan tetap terselip didalam doa-ku.

Selasa, 26 Agustus 2014

Iya! Ini Memang Untukmu

Malam ini aku hanya mampu termenung, terdiam menatap langit-langit kamarku, membiarkan rasa ini semakin dalam hingga merasuk kedalam jiwaku. Perasaan ini begitu menyiksa hingga kusulit bernafas, hingga tak mampu membuatku berpikir bagaimana cara untuk membuang perasaan ini. Aku tak begitu sadar kapan perasaan ini mulai meracuniku, membuatku berpikir tentangmu bahkan mungkin hanya dirimu. Jujur, aku menyayangimu. Namun aku tahu, aku sadar siapa kamu sekarang, kini kau t'lah bersama orang yang kau pilih, bukan aku. Dia adalah orang baik yang menurutmu mampu membahagiakanmu. Kamu tak salah memilihnya, yang salah adalah aku yang tak rela melepasmu. Aku tahu, aku tak pantas memiliki perasaan ini. Aku tak pantas membiarkan sisa perasaan ini mengendap terlalu lama dalam diriku. Namun kau harus mengerti bahwa tak mudah bagiku untuk membuang perasaan ini, aku tak bisa membuang semua kenangan yang telah ada selama ini. Aku tetap menyayangimu, walau kau t'lah dimiliki dia. Menurut mereka kita munafik, egois, dan keras kepala. Tapi menurutku tidak, kita hanya ingin mengenal lebih jauh karna kita tak ingin terjatuh, kita hanya kurang memahami satu sama lain. Entah apa kau memiliki atau setidaknya pernah memiliki rasa yang sama sepertiku atau tidak, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karna kau pernah menerimaku untuk ada didekatmu. Mungkin kini sudah terlambat, karna kau t'lah bersamanya. dan aku pun hampir menyerah dengan rasa ini. Aku sudah siap jika kau memang memintaku untuk menjauh, aku akan pergi dari kehidupanmu. Aku berjanji saat aku pergi nanti; takkan ada lagi aku yang membuatmu marah, takkan ada lagi aku yang membuatmu jengkel, dan takkan ada lagi aku yang akan mengecewakanmu. Aku berjanji takkan pernah ada lagi dimatamu. Jika memang ada kesempatan kedua untuk dekat kembali denganmu, kumohon beri tahu aku. Sampai saat itu tiba aku akan tetap menunggu dan menyayangimu. Karna rasa sayang yang tulus takkan pernah bisa tergerus oleh waktu.