Kamis, 30 Mei 2013

Kami Adalah Generasi Sampah


Perhatian !!
Dilarang keras membaca ini ;
Jika anda merasa manusia yang tak pernah berbuat kesalahan.

            Kami, kami adalah generasi sampah, generasi yang hanya mampu menyesakkan bumi. Bagi kami dunia ini tak penting, dunia benar-benar sudah tiada artinya bagi kami. Kami kehilangan apapun yang kami butuhkan untuk menjalani hidup. Dihina, dicaci, dimaki, dan dibenci sudah menjadi hal biasa bagi kami. Kami adalah kami dan kalian takkan mengerti siapa kami.
            Kemana kebahagiaan yang dapat membuat orang-orang ceria ? Kami tak pernah merasakannya ! Kemana pendidikan yang katanya sebagai bekal masa depan ? Kami tak pernah mendapatkannya sama sekali ! Dimana orang tua kami, saat kami membutuhkan hangat peluknya ?
Kami sebenarnya muak dengan dunia ini, kami muak dengan hidup kami. Kami hanya dapat mencari jati diri kami dengan mencoba segala sesuatu yang ada didepan kami. Mencoba menenggak minuman yang entah apa namanya, hingga mencoba obat-obatan yang tak pernah kami kenal sebelumnya.
            Telinga kami sudah mulai bosan dengan caci-maki dari orang-orang disekitar kami. Banyak yang mengatakan bahwa kami adalah "anak sialan", "jalang" hingga banyak lagi perkataan yang tak enak didengar oleh telinga kami.
            Kami sebenarnya tak ingin seperti ini. Kami ingin seperti mereka, merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, mendapatkan pendidikan yang layak, hingga berkecukupan dalam hal materi. Tapi mau bagaimana lagi (?). Kami tak dapat mengelak dari semua ini. Kami hanya bisa meyakini, bahwa kami akan mampu lebih baik dari hari ini suatu saat nanti.
               

Jumat, 03 Mei 2013

Apa Yang Dimaksud Dengan Sekolah ?

"Sekolah". Setiap orang yang mendengar kata itu, yang pertama kali terpikirkan adalah sebuah tempat dimana orang-orang menerima ilmu. Tapi, faktanya tak semua sekolah seperti itu. Mungkin hanya ada beberapa siswa saja yang datang untuk benar-benar menimba ilmu, sebagian lagi datang mungkin hanya untuk bersenang-senang, melarikan diri dari rumah yang sangat membosankan.
Ada banyak cerita tentang sekolah, dari baik hingga buruk, dari manis hingga yang pahit. Disekolah kami diajarkan untuk memahami setiap pelajaran, padahal tak semua guru memahami pelajaran lain selain mata pelajaran yang mereka ajarkan. Disekolah, kami diajarkan untuk menanamkan sikap disiplin salah satunya tak pernah datang terlambat datang kesekolah, nyatanya banyak guru-guru kami yang terlambat masuk kelas karena alasan yang tidak masuk akal. Masih disekolah, kami diajarkan untuk menghindari hal-hal yang buruk, mulai dari merokok hingga melakukan hal-hal yang melanggar norma, faktanya banyak guru kami yang justru merokok didepan kami bahkan ada guru kami yang melakukan tindak asusila terhadap muridnya.
Sekolah memang mengenalkan orang-orang didalamnya dengan berbagai hal, mulai dari yang positif hingga yang negatif. Disekolah, kami mengenal apa itu dunia tanpa harus mengelilinginya, mengenal berbagai macam tempat yang belum pernah kami datangi. Namun, ada saatnya semua itu membuat kami jenuh, penat, hingga perasaan lain yang sangat mengganggu. Disinilah kami mulai mengenal apa itu alkohol, "Drugs",serta benda-benda lain yang dapat merusak tubuh kami tapi dapat menghilangkan penat dikepala walau hanya sesaat.
Sahabat benar-benar telah menjadi pisau bermata dua. Ada kalanya mereka membawa kepada hal yang baik, namun tak jarang mereka pula-lah yang membawa kita kepada hal yang buruk seperti tawuran antar sekolah yang mereka sebut dengan "peperangan mereka sendiri" yang beralasan demi membela harga diri sekolah mereka. Ini memang bukanlah hal baru diseluruh sekolah, banyak dari kami yang bangga jika berhasil masuk dalam sekolah yang dapat dibilang “penguasa”, yang berani akan dianggap pejuang , dan yang takut akan dianggap pecundang. Tapi sekali lagi, tak semuanya dari sahabat atau sekolah terlihat buruk, masih banyak hal menarik lainnya yang dapat dilihat dari sebuah sekolah dan seorang sahabat. Terutama adalah SOLIDARITAS.  Jika sudah seperti ini, apa yang dimaksud dengan sekolah “yang sebenarnya” ?