Sabtu, 08 Juni 2024

Menghamba Pada Seseorang Yang Salah

Awalnya ia yang memelukku erat hingga badai pergi, walau akhirnya ia lebih memilih untuk terbang sendiri. Menghilangkan seluruh bait rindu, entah apakah ia hilang di malam kelabu atau memudar dimakan waktu. Baginya ini tak lebih dari mengisi waktu luang di kala senggang. 


Dipertemukan oleh rasa, dibelenggu indah cinta, namun tak ditakdirkan 'tuk bersama. Mungkin memang Tuhan mempertemukan kita bukan untuk bahagia, namun hanya untuk membuat kita semakin dewasa lewat luka.  


Masih lekat di kepala seluruh kalimatnya, wangi tubuhnya, hingga tiap tingkahnya. Aku masih mengingatnya, bahkan setiap jengkal dari aroma tubuhnya. 


Awalnya kupikir hanya aku namun ternyata tak cukup satu, seenaknya berhianat dengan kera sialan itu. Disana kamu sibuk dengan para kera sialanmu, disini aku sibuk merubah tragedi menjadi komedi. Maaf sayang, aku hanya pura-pura masih terluka. 


Terima kasih telah mengembalikanku seperti dulu lagi, kini aku tak lagi percaya pada siapapun, kini aku kembali tak peduli pada apapun atau siapa pun. Aku akan kembali melawan badai dan kembali menghancurkan apapun. 


Yang kini terdengar hanya lantunan elegi, dari sebuah rasa yang dipaksa untuk mati. Suatu kepergian yang bukan diiringi dengan doa namun hanya sumpah serapah. 


Jika memilikimu adalah suatu ketidak mungkinan, maka aku akan menjadi masa lalumu yang paling mengerikan. 


Aku mengerti bahwa menyimpan dendam adalah dosa. Tapi demi Allah aku tak pernah ikhlas, aku menunggumu hancur sehancur-hancurnya. Karma is real bubb


 


 


Jika semua hubunganmu yang lalu kau anggap toxic, mungkin memang kaulah yang probematic.