Jumat, 22 Maret 2013

Untukmu...


Hujan tak kunjung reda, udara dingin masih menyelimuti seluruh ruangan kamarku, hingga menusuk kesela-sela tulang rusukku. Langit tak henti-hentinya menunjukan kesedihannya seolah dia tahu apa yang kurasakan kini. Hujan tak kunjung reda, udara dingin masih menyelimuti seluruh ruangan kamarku, hingga menusuk kesela-sela tulang rusukku. Langit tak henti-hentinya menunjukan kesedihannya seolah dia tahu apa yang kurasakan kini. 
Hujan ini seolah ingin menemani kesedihan yang kualami karnamu, dirimu yang dulu selalu menyanjungku, yang selalu medekapku saat aku terpuruk, yang selalu memelukku saat aku menangis, dan yang selalu menghiburku saat aku bersedih. Segala yang kau berikan selalu membuatku terpukau akan dirimu, seolah kau adalah manusia tanpa kekurangan sedikit-pun. 
Namun, seiring berjalannya waktu. Kau mulai menampakkan sisi gelapmu, kau mulai memudarkan anggapanku selama ini terhadapmu. Sikapmu yang dingin, sifatmu yang egois, dan keburukan-keburukan lainnya yang kutemukan dalam dirimu. Seolah membuatku sadar, bahwa tak ada yang sempurna didunia ini.
Rasanya sungguh menyakitkan. Saat orang yang selalu menjadi peran utama dalam setiap mimpi indahku, rupanya tak pernah menganggapku berarti dalam hidupmu. Aku peka, aku tidak apatis, dan aku juga tidak bodoh. Aku tahu bahwa mungkin kamu bukanlah orang yang tepat untukku. 
Namun tetap kupertahankan cintaku, tetap kuperjuangkan rasa yang selama ini telah tertanam dihatiku. Seribu kali kau lukai, seribu kali ku akan bertahan. Seribu kali kau coba jatuhkanku, seribu kali juga aku akan bangkit. Harus kuakui, perasaanku ini sungguh aneh. Untuk apa kuperjuangkan perasaan yang s'lama ini tak pernah terasa olehmu. Untuk apa kuperlihatkan perasaan yang bahkan sia-sia dimatamu. 
Bila ini harus menjadi sebuah akhir, kuharap inilah yang terbaik. Bila kau memang bukan untukku, kuharap kita akan mendapat orang yang tepat suatu saat nanti. Jika memang kita harus berpisah, kuharap ini jalan yang terbaik.